Selasa, 27 September 2011

distribusi pendapatan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan atau kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Berawal dari distribusi pendapatan yang tidak merata yang kemudian memicu terjadinya ketimpangan pendapatan sebagai dampak dari kemiskinan. Hal ini akan menjadi sangat serius apabila kedua masalah tersebut berlarut-larut dan dibiarkan semakin parah, pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang dampaknya cukup negatif.
Negara Indonesia secara geografis dan klimatalogis merupakan negara yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi. Dengan garis pantai yang terluas di dunia, iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjang tahun, hutan dan  kandungan bumi Indonesia yang sangat kaya, merupakan bahan (ingredient) yang utama untuk membuat negara menjadi negara yang kaya. Suatu perencanaan yang bagus  yang mampu memanfaatkan semua bahan baku tersebut secara optimal, akan mampu mengantarkan negara Indonesia menjadi negara yang makmur. Ini terlihat pada hasil hasil Pelita III sampai dengan Pelita V yang dengan pertumbuhan ekonomi rata rata 7% - 8% membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan penduduk yang tinggi. Dan Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat julukan “Macan Asia”.
Namun ternyata semua pertumbuhan ekonomi dan pendapatan tersebut ternyata tidak memberikan dampak yang cukup berarti pada usaha pengentasan kemiskinan. Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turun menjadi 18%, dan pada menjadi 14% pada tahun 2004. Situasi terbaik terjadi antara tahun 1987-1996 ketika angka rata-rata kemiskinan berada di bawah 20%, dan yang paling baik adalah pada tahun 1996 ketika angka kemiskinan hanya mencapai 11,3%. 
Di Indonesia pada awal orde baru para pembuat kebijaksanaan dan perencana pembangunan di Jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, Khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan hanya di sector-sektor tertentu saja, pada akhirnya akan menghasilkan “Trickle Down Effects”. Didasarkan pada pemikiran tersebut, pada awal orde baru hingga akhir tahun 1970-an, strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan Orde Baru lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pusat pembangunan ekonomi nasional di mulai di Pulau Jawa dengan alasan bahwa semua fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, seperti transportasi, telekomunikasi, dan infrastruktur lainnya lebih tersedia di pulau jawa, khususnya Jakarta, dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Pembangunan saat itu juga hanya terpusatkan pada sektor-sektor tertentu saja yang secara potensial memiliki kemampuan besar untuk menyumbang nilai pendapatan nasional yang tinggi. Pemerintah saat itu percaya bahwa nantinya hasil dari pembangunan itu akan menetes ke sektor-sektor dan wilayah Indonesia lainnya.
Ada berbagai cara untuk mengetahui prestasi pembangunan suatu negara yaitu dengan pendekatan ekonomi dan pendekatan non-ekonomi. Dalam pendekatan  ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun aspek non pendapatan. Dalam aspek pendapatan digunakan konsep pendapatan perkapita, namun hal tersebut belum cukup untuk menilai prestasi pembangunan karena tidak mencerminkan bagaimana pendapatan nasional sebuah negara terbagi di kalangan penduduknya, sehingga tidak memantau unsur keadilan atau kemerataan. Untuk itu diperlukan data mengenai kemerataan distribusi pendapatan dimana perhatiannya bukan hanya pada distribusi pendapatan nasional tapi juga distribusi proses atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Krisis yang terjadi secara mendadak dan diluar perkiraan pada akhir dekade 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan orang, dampak dari krisis yang terparah dan langsung dirasakan, diakibatkan oleh inflasi. Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi meningkat dari 6% menjadi 78%, sementara upah riil turun menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. Antara tahun 1996 dan 1999 proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah dari 18% menjadi 24% dari jumlah penduduk. Pada saat yang sama, kondisi kemiskinan menjadi semakin parah, karena pendapatan  kaum miskin secara keseluruhan menurun jauh di bawah garis kemiskinan.
           
1.2  Perumusan masalah
Berkaitan dengan permasalahan distribusi dan pemertaan pembangunan yang telah di jelaskan sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang diajukan sebagai perumusan masalah dengan tujuan agar pembahasan dapat terfokus pada masalah  yang telah di jabarkan diatas. Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana distribusi pendapatan berpengaruh terhadap pemerataan pembangunan nasional?
2.      Bagaimana distribusi pendapatan berpengaruh terhadap kemiskinan di Indonesia?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan?



















BAB II
ISI

2.1 Konsep Dan Teori Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Ada beberapa cara yang dijadikan sebagai indikator untuk mengukur kemerataan distribusi pendapatan, diantaranya yaitu :

1.  Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk. Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata.





Text Box: Persentase Pendapatan Nasional

 



`









Persentase Jumlah Penduduk
 
 








Sumber : Tulus Tambunan (2003)

2.      Indeks atau Rasio Gini
Gini ratio merupakan alat ukur yang umum dipergunakan dalam studi empiris, yaitu dengan formula:
 
                           1             n    n
      Gini =  ----------   å  å ½yi   -  yj ½
                        2n2 – y       I=1 j=1
  Sumber: Tulus Tambunan (2003)

Nilai  Gini  antara 0 dan 1, dimana nilai 0 menunjukkan tingkat pemerataan yang sempurna, dan semakin besar nilai  Gini  maka semakin tidak sempurna tingkat pemerataan pendapatan.
Namun dalam studi studi empiris terutama dalam single country, ternyata kemiskinan tidak identik  dengan kesejahteraan. Artinya ukuran ukuran diatas belum mencerminkan tingkat kesejahteraan. Studi yang dilakukan oleh Ranis (1977) dalam Tulus Tambunan (2003) mengemukakan bahwa di Republik Cina dan Ravallion dan Datt (1996) dalam Tulus Tambunan (2003) mengemukakan bahwa di India, menunjukkan kedua negara tersebut dilihat dari ti ngkat pendapatan per kapita maupun ukuran  Gini  ( Gini  ratio) menunjukkan tingkat kemikskinan yang cukup parah. Namun dilihat dari tingkat kesejahteraan, kedua negara tersebut masih lebih baik dari beberpa negera Amerika Latin yang mempunyai tingkat  Gini ratio rendah dan tingkat pendapatan perkapita tinggi. Ranis, Ravallion dan Datt memasukan faktor seperti tingkat kemudahan mendapatkan pendidikan yang murah, hak mendapatkan informasi, layanan kesehatan yang mudah dan murah, perasaan aman baik dalam mendapatkan pendidikan dan lapangan kerja, dan lain lain.
Intinya adalah dalam mengukur kemiskinan, banyak variabel non keuangan yang harus diperhatikan. Variabel keuangan (tingkat pendapatan) bukanlah satu satunya variabel yang harus dipakai dalam menghitung kemiskinan.
Namun kalau pengambil keputusan, lebih menitikberatkan pada cross variable study dalam mengatasi masalah kemiskinan, maka berarti kemiskinan akan diatasi dengan cara meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang luas.

3.      Kriteria Bank Dunia
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan menengah, serta 20% penduduk berpendapatan tinggi. Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12% pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat apabila 40% penduduk miskin menikmati antara 12-17% pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk yang berpendapatan rendah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional, maka ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak dan distribusi pendapatan nasional dianggap cukup merata.

4.      Hipotesis Kuznets
Data data ekonomi periode 1970 – 1980, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi  pendapatan terutama di LDS (Less Developing Countries), terutama di negara negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, seperti Indonesia, menunjukan seakan akan korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan produk domestik bruto, atau semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka  semakin besar  perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya. Bahkan studi yang dilakukan di negara negara Eropa Barat, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak atau justru membuat ketimpangan antara  kaum miskin dan kaum kaya semakin melebar. Jantti (1997) dalam Tulus Tambunan (2003) mengemukakan bahwa fenomea tersebut timbul karena adanya perubahan suplly of labor (masuknya buruh murah dari Turki, atau negara Eropa Timur kedalam pasar buruh di Eropa Barat).            Berdasarkan fakta tersebut, muncul pertanyaan: mengapa terjadi trade-off antara pertumbuhan dan kesenjangan ekonomi dan untuk berapa lama?  Kerangka pemikiran ini yang melandasi Hipotesis Kuznets. Yaitu, dalam jangka pendek ada korelasi positip antara pertumbuhan pendapatan perkapita dengan kesenjangan pendapatan. Namun dalam jangka panjang hubungan keduanya menjadi korelasi yang negatif. Artinya, dalam jangka pendek meningkatnya pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya kesenjangan pendapatan, namun dalam jangka panjang  peningkatan pendapatan  akan diikuti dengan penurunan kesenjangan pendapatan. Fenomena ini dikenal dengan nama “Kurva U  terbalik dari Hipotesis Kuznets”.  
Namun,  hipotesis Kuznets ini mulai dipertanyakan. Beberapa studi yang mengambil data time series membuktikan bahwa dalam beberapa negara yang masih bertumpu pada sektor pertanian (rural economy) menunjukan hubungan negatif. Ini berarti bertolak belakang dari hipotesis Kuznets.
Pemahaman atas variabel variable tersebut akan membuktikan bahwa negara pertanian tidak identik dengan kemiskinan atau mungkin lebih tepatnya adalah kesejahteraan pun bisa meningkat di negara-negara yang berbasis pertanian.

5.      Indeks Theil
 Digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan antar individu di dalam provinsi dan ketimpanan pendapatan antar provinsi. Untuk megukurnya digunakan rumus sebagai berikut:

Theil = Σi Σj (Y ij/Y)1n(Ŷij /Ŷ)
Sumber : Tulus Tambunan (2003

Keterangan:
Y ij = Total pendapatan di prvinsi i, grup j
Ŷij  = Rata-rata pendapatan per kapita di provinsi i, grup j
Ŷ = Total pendapatan nasional

song sasak

friend's

sosiologi ekonomi


SOSIOLOGI EKONOMI

PENGERTIAN SOSIOLOGI DAN EKONOMI
Pengertian sosiologi
David B. Brinkerhoft dan Lynn K. White
Sosiologi merupakan study sistematik tentang interaksi social manusia. Interaksi social masyarakat terjadi apabila terjadinya “ kontak dan komunikasi”. Apabila terjadi kontak saja maka tidak dapat dikatakan interaksi.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
     Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat.
     Masyarakat dapat didifinisikan sebagai kumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup bersama sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok tersebut.

Interaksi social ada 2 :
  1. Secara langsung.
  2. Secara tidak langsung.

Pengertian ekonomi

Dari kata bahasa inggris yaitu economiy. Kata economy dari bahasa yunani, yaitu “ OIKONOMIKE” yang artinya pengelolaan rumah tangga. Ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya rumahtangga yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan kegiatan masing – masing. 

SOSIOLOGI EKONOMI
Ada beberapa definisi
  1. kajian tentang hubungan antar masyarakat
    • Interaksi social dengan ekonomi :
1. Bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi.
2. Bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat.
“>>dalam hal sandang, pangan, papan<<”
“Masyarakat mempengaruhi ekonomi “
Masyarakat yang mengatur dalam pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
“Ekonomi mempengaruhi masyarakat”
Kita dalam memenuhi kebutuhan kita tetapi kita tidak dapat mencukupinya seperti menginginkan barang mewah, tapi keuangan tidak memadai sehingga mengakibatkan kita harus berhutang.

Sosiologi ekonomi dewasa ini

Aliran pemikir yang timbul akibat dari debat panjang antara sosiolog dan ekonom, tentang pendekatan terhadap masyarakat dan ekonomi.

a.Sosiologi pilihan rasional :
     Aliran ini dimotori oleh HIRSCHMAN. Yang berisi  memasukkan konsepsi pilihan resional dan individualisme metodologis ke dalam sosiologis.

b.Sosio-ekonomi :
     Aliran ini dimotori oleh AMITI ETZIONI. Yang berisi pendekatan ekonomi neo klasik tidak cukup untuk memecahkan masalah ekonomi, oleh karena itu, perlu menggunakan perspektif yang lebih luas, yang mencakup penggunaan sosiologi, psikologi, ilmu polotik dan ilmu social lainnya.

c.PSA-ekonomi :
     Aliran ini dimotori oleh GEORGE AKERLOF. Yang berisi penggunaan penemuan penemuan dari psikologi, sosiologi dan antropologi secara langsung kedalam model – model ekonomi, sehingga banyak masalah yang selama ini membingingkan para ekonom mungkin dapat dipecahkan.

d.Biaya transaksi ekonomi :
     Yang berisi tentang hokum dan organisasi dapat dipecahkan, dengan asumsi bahwa institusi-institusi tersebut cenderung pada kondisi- kondisi yang secara efisien mengurangi biaya transaksi.

e.Sosiologi ekonomi baru :
     Dimotori oleh HARISSON WHITE. Yang berisi tentang 3 proposisi utama yaitu:
1.  tindakan ekonomi adalah suatu tindakan social.
2.  tindakan ekonomi disituasikan secara social.
3.  institusi-institusi ekonomi dikonstruksikan secara social. 

PENDEKATAN SOSIOLOGI TENTANG EKONOMI

1. PERBANDINGAN ANTARA PENDEKATAN EKONOMI DAN SOSIOLOGI.
Pendekatan merupakan cara pandang dalam melihat sesuatu dengan landasan berfikir atau asumsi tertentu.


Konsep
Pendekatan ekonomi
Pendekatan sosiologi
konsep actor
Individu adalah actor yang tidak dihubungkan dengan actor lain atau individu lainnya. Penuhi dirinya sendiri.
Individu yang dikaitkan dengan individu lainnya baik individu sebagai perorangan maupun masyarakat.
Konsep tindakan ekonomi
Apapun yang dilakukan dengan sangat rasional dalam penuhi sebagai individu atau pengusaha.
Apapun tindakan yang dapat penuhi kebutuhan sendiri dan orang lain.
Hambatan pada tindsakan ekonomi
Dengan melihat kemampuan dan tekhnologi yang ada jadi dapat melihat sejauh mana kita dapat penuhi kebutuhan.
Bukan hanya drai kemampuan akan tetapi juga melihat dari apa saja yang dapat membuat sukses seseorang.
Hubungan ekonomi dan masyarakat
Hanya melihat pada pertukaran ekonomi. Jadi masyarakat dianggap sebagai suatu yang berada diluar, karana dipandang sebagai suatu yang telah ada.
Pertukaran ekonomi / barang ada karana adanya masyarakat. Begitu juga pasar dan ekonomi.
Tujuan analisis
Melakukan prediksi dan eksplanasi dan sangat sedikit membuat deskripsi. Dalam analisis ekonomi lebih cenderung pada ramalan tentang masa depan dengan membentangkan kemungkinan kecenderungan yang akan terjadi serta menjelaskan hubungan antara variabel.
Lebih cenderung pada desktipsi dan eksplanasi dan sangat sedikit melakukan prediksi. Lebih menekankan pada kedalaman suatu fenomena serta kualitas, apa yang ada dibalik kenyataan dan melihat tembus terhadap realita yang ada.
Penerapan metode
Lebih cenderung menggunakan data resmi atau dikenal dengan data sekunder dan tidak memiliki data sendiri.
Lebih sering menggunakan beberapa metode yang berbeda satu sama lain. Mencari data seniri di lapangan.

2. TEORI SOSIOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN

Teori merupakan alat untuk melakukan analisis. Berarti teori bukan merupakan suatu analisis, akan tetapi merupakan alat untuk memahami kenyataan atau fenomena, dalam hal ekonomi.
Teori ada 2 macam yakni :
1.  Teori mikro
Analisis yang dilakukan pada tataran individu / interaksi.
2.  Teori makro
Analisis yang dilakukan pada structural.

a. Teori structural fungsional.
     Pada teori ini menekankan pada fungsi elemen-elemen pembentuk struktur. Contoh : persabatan (mikro), organisasi/masyarakat (makro) akan tetap jalan sepanjang ia berfungsi.  

b. Teori structural konflik.
     Setiap struktur memiliki berbagai elemen yang berbeda. Elemen-elemen yang berbeda tersebut memiliki motif, maksud, kepentingan atau tujuan yang berbeda-beda pula. Perbedaan tersebut memberikan sumbangan bagi terjadinya diintegrasi, konflik, dan perpecahan.

c. Teori interaksionalisme simbolis.
     Memahami suatu realita sebagai suatu interaksi yang dipenuhi berbagai symbol. Kenyataan merupakan interaksi interpersonal yang menggunakan symbol-simbol.

d. Teori pertukaran.
     Dunia merupakan arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar ganjaran/hadiah.

PRODUKSI

Produksi dari kata bahasa inggris “production”.
Produksi meliputi banyak kegiatan :

1. Fokus kajian sosiologi tentang produksi.
     Ada beberapa fenomena dalam memproduksi :
a.  Kerja.
b.  Faktor produksi.
c.  Pembagian kerja.
d.  Cara-cara produksi
e.  Proses tekhnologis.
f.  Alienasi (pemindahan hak milik).
g.  Pendidikan, tekhnologi dan kerja.

2. Produksi untuk digunakan Vs Produksi untuk dijual.
     a. Pra kapitalisme
     memproduksi barang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Hanya ada nilai guna saja.

b. Kapitalisme modern.
     Memproduksi barang ada 2 nilai yang didapat yakni:
1.  nilai guna : untuk dikonsumsi.
2.  nilai tukar: untuk dijual kepada orang lain.
3. Produksi sepanjang sejarah umat manusia.
     a. Masyarakat prakapitalisme.
Masyarakat memproduksi barang hanya untuk ditukar.
1.  Belum tersentu dengan revolusi pertanian.
Hanya bergantung pada alam.
2.  Sudah tersentuh dengan revolusi pertanian
Pertanian untuk dikonsumsi sendiri dan untuk ditukar dengan yang lain.
     b. Masyarakat kapitalis.
          Memproduksi untuk pasar.
     c. Masyarakat pasca kapitalis.
Memproduksi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa pandang yang lainnya.