AKTIVA TETAP
PSAK No. 16 Paragraf 05
Menerangkan pengertian aktiva tetap sebagai “ aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan serta tidak dimasudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”,
Menurut pengertian diatas terdapat 3 ciri AT :
- Digunakan dalam operasi perusahaan.
- Tidak dijual dalam operasi normal perusahaan.
- Mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Berdasarkan masa manfaat, AT dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yakni :
- AT yang masa manfaatnya tidak terbatas.
- AT yang masa manfaatnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis.
- AT yang masa manfaatnya terbatas dan apabila sudah habis manfaatnya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.
Dilihat dari sudut pandang ada tidaknya wujud AT, digolongkan menjadi 2 :
- AT berwujud
- At tidak berwujud
*harga perolehhan AT merupakan harga beli ditambah dengan beban beban yang dikeluakan untuk mendapatkan aktiva tersebut sampai siap untuk digunakan.
Pembelian tunai
Pt “X” membeli mobil dengan harga faktur Rp 30.000.000,00. dengan syarat 2/10,n/30. beban – beban yang dikeluarkan atas pembelian tersebut
Balik nama : Rp 1.500.000,00
PPn : Rp 3.000.000,00
Transportasi : Rp 200.000,00
Asuransi : Rp 400.000,00
Tentukan harga peroleh dan buatklan jurnal umumnya :
Harga perolehannya :
Harga beli :Rp 30.000.000,00
Pot pemb :Rp 600.000,00
:Rp 29.400.000,00
Balik nama :Rp 1.500.000,00
PPn :Rp 3.000.000,00
Transpor :Rp 200.000,00
Asuransi :Rp 400.000,00
+
:Rp 34.500.000,00 HARGA PEROLEHAN
Jurnal umumnya :
Pembelian Rp 35.100.000,00
Potongan Rp 600.000,00
Kas Rp 34.500.000,00
Pembelian kredit
PT “Y” membeli mesin untuk produksi kripik salak seharga Rp 20.000.000,00 sedang harga tunai mesin tsb Rp 18.000.000,00 dibayar beban angkut Rp 150.000,00, beban pasang Rp 75.000,00, dan beban percobaan Rp 100.000,00. tentukan harga perolehan dan buatkan jurnal umumnya !
Mesin Rp 18.325.000,00
B. bunga Rp 2.000.000,00
Hutang Rp 20.000.000,00
Kas Rp 325.000,00
Pembuatan AT
Menurut PSAK no. 16 paragraf 17 :
Biaya perolehan suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri ditetntukan dengan menggunakan prinsip yang sama seperti aktiva yang diperoleh. Jika perusahaan membuat aktiva untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aktiva sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual. Jadi harga perolehan AT yang dibuat sendiri adalah seluruh beban yang dikeluarkan untuk membuat AT tersebut sampai siap pakai untuk operasi.
Contoh :
Hote tubalong membuat kolam renang dalam rangka melengkapi prasarana. Yang meliputi :
beban material Rp 19.000.000,00
beban tenaga kerja langsung Rp 7.600.000,00
beban tak langsung Rp 1.800.000,00
A. Pencatatan pada sa’at pembelian.
J. umumnya
Beban material Rp 19.000.000,00
Beban tebaga kerja langsung Rp 7.600.000,00
Beban tak langsung Rp 1.800.000,00
Kas Rp 28.400.000,00
B. Pada sa’at pemakaian material dan lain-lainnya.
Jurnalnya yang pada sa’at di “D” pada jurnal pembelian pindah di “K”.
J. umumnya
Asset dalam proses Rp 28.400.000,00
Beban material Rp 19.000.000,00
Beban TK langsung Rp 7.600.000,00
Beban tak langsung Rp 1.800.000,00
C. Pada sa’at asset telah selesai pencapaian 100%
J. umumnya
Asset / kolam renang Rp 28.400.000,00
Asset dalam proses Rp 28.400.000,00
Pertukaran
Jika AT diperoleh dari pertukaran, maka penentuan harga diperoleh adalah berdasarkan harga pasar AT tersebut. Tetapi bila tidak diketahui harga pasarnya, maka ditetapkan dengan nilai pasar saham yang ditukarkan atau barang yang kita tukarkan atau dengan taksiran.
Contoh :
PT “A” untuk memiliki tanah 1 hektar dilakukan dengan cara menukar 100 lembar saham dengan nilai Rp 500.000,00 sedangkan harga pasarnya adalah Rp 540.000,00.
J. umumnya
Tanah Rp 54.000.000,00
Surat berharga 100 lembar Rp 50.000.000,00
Abio saham Rp 4.000.000,00
Nb :
Abio saham : selisih antara nilai pasar dengan nilai nominal yang ada pada saham.(apabila untung).
Dis abio saham : apabila rugi.
Pemberian
AT yang diperoleh dari pemberian pihak lain, harga perolehannya berdasarkan nilai pasar atau nilai taksiran yang wajar. Pencacatan atas pemberian AT ini akan menambah modal (modal pemberian ).
Contoh :
Yayasan yatim piatu terima hibah dari pemerintah berupa tanah nilai Rp 20.000.000,00. beban balik nama n’ pematangan tanah Rp 2.000.000,00.
J. umumnya
Tanah Rp 22.000.000,00
Modal pemberian Rp 20.000.000,00
Kas Rp 2.000.000,00
Perolehan secara gabungan
AT dapat juga diperoleh bebrapa jenis, dalam satu harga beli. Sehingga harga beli merupakan biaya gabungan. Harga perolehan dari masing – masing AT dotentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan wajar masing – masing AT yang bersangkutan.
Contoh :
Pt “ B” membeli suatu asset yang terdiri dari gedung, mesin, tanah. Seharga Rp 1.000.000.000,00 kemudian akuaris menaksir harga gedung
Rp 150.000.000,00 dan mesin Rp 600.000.000,00 dan tanah Rp 750.000.000,00.
J umumnya
Asset gedung Rp 100.000.000,00
Asset mesin Rp 400.000.000,00
Asset tanah Rp 500.000.000,00
Kas Rp 1.000.000.000,00
Dengan cara :
Gedung = 150.000.000 / 1.500.000.000 x 1.000.000.000. = . . . . .
Mesin = 600.000.000 / 1.500.000.000 x 1.000.000.000 = . . . .
Tanah = 750.000.000 / 1.500.000.000 x 1.000.000.000 = . . . .
KAS
Æ Penilaian kas
Æ System pengendalian kas
Æ Kas kecil
Æ Rekonsiliasi bank
SURAT – SURAT BERHARGA
Æ Investasi sementara saham
Æ Investasi sementara obligasi
Æ Penilaian surat berharga investasi sementara
Æ Investasi jangka panjang
PIUTANG
Æ Penilaian piutang usaha dan pelaporan dalam neraca
Æ Pencatatan kerugian piutang
PIUTANG WESEL
Æ Klasifikasi piutang wesel
Æ Akuntansi dalam piutang wesel
KAS
PSAK No 9 paragraf 7
Alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk biayai kegiatan umum perusahaan.
Dapat ditekankan bahwa kas meliputi
- kas bank
- kas kecil
sejumlah uang tunai yang digunakan untuk bayar yang jumlahnya relative kecil, baik yang mendadak ataupun tidak.
Ada 2 metode dalam kas kecil :
- metode inpres
- metode fruktuasi
METODE INPRES
Æ dalam rekening kas kecil jumlahnya tetap
Æ apabila ada pengeluaran maka kas kecil tidak melakukan pencatatan, tetapi hanya mengumpulkan bukti – bukti pengeluaran.
Æ Dalam waktu yang ditentukan atau uang kas hamper habis maka bukti – bukti ditukarkan dengan kas bank dank as kecil akan diisi kembali sebesar bukti – bukti yang ada.
Contoh :
a) Tanggal 1 january 2010 PT “A” bentuk kas kecil Rp 1.500.000,- dimana setiap tanggal 15 pengeluaran dipertanggung jawabkan dan diisi kembali.
b) Tanggal 2 – 15 january 20140 terjadi transaksi Rp 750.000,-
c) Tanggal 16 january 2010 melakukan pengisian kembali atas pengeluaran tanggal 2 – 15 jan.
d) Tanggal 17 – 31 january terjadi pengeluaran Rp 500.000,-
Jawab :
Tgl 1 jan 10,
Kas kecil Rp 1.500.000,-
Kas bank Rp 1.500.000,-
Tgl 2 – 15 tidak ada catatan dikarenakn hanya mengumpulkan bukti – bukti yang ada
Tgl 16 jan 10
Beban X Rp 750.000,-
Kas bank Rp 750.000,-
Ternyata
Tgl 1 feb 2010 PT “A” menilai kas kecil perlu ditambah menjadi Rp 2.000.000,-
Tgl 1 maret PT “A” menilai perlu dilakukan lagi pengurangan kas kecil Rp 200.000,-
Tgl 1 februari 2010
Kas kecil Rp 500.000,-
Kas bank Rp 500.000,-
Tgl 1 maret 2010
Kas bank Rp 200.000,-
Kas kecil Rp 200.000,-
METODE FRIKTUASI
Æ Dana kas kecil jumlahnya selalu berfruktuasi sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan
Æ Pada sa’at terjadi pengeluaran dicatat dengan metode mendebet rekening beban dan mengkredit dana kas kecil.
Æ Pada sa’at pengisian kembali jurnal yang dibuat adalah mendebet dana kas kecil dan mengkredit rekening kas.
Contoh
Pada tanggal 1 sama dengan yang ada di diatas
Tanggal 2 – 15 january 2010 beban listrik Rp 250.000,- dan beban telp Rp500.000,-
Tanggal 16 pengisian kembal
Tanggal 17 beban materai Rp 200.000,- dan beban rapat Rp 300.000,-
Jawab
Tgl 1
Kas kecil Rp 1.500.000,-
Kas bank Rp 1.500.000,-
Tgl 2 – 15
Beban listrik Rp 250.000,-
Beban telepon Rp 500.000,-
Kas kecil Rp 750.000,-
Tgl 16
Kas kecil Rp 750.000,-
Kas bank Rp 750.000,-
Tgl 17
Beban materai Rp 200.000,-
Beban rapat Rp 300.000,-
Kas kecil Rp 500.000,-
Tgl 1 feb
Kas kecil Rp 500.000,-
Kas bank Rp 500.000,-
Tgl 1 maret
Kas bank Rp 200.000,-
Kas kecil Rp 200.000,-
REKONSILIASI BANK
laporan yang ingin disamakan persepsi antara perusahaan dan bank.
Factor – factor yang membuat beda saldo antara bank dengan perusahaan adalah :
Æ Deposit intrasit
Yakni setoran oleh perusahaan yang belum dicatat bank
Æ Adanya cost post penerimaan yang telah dicatat bank tetapi belom dicatat oleh perusahaan
Ch : pelunasan piutang melewati bank, bunga bank. Dll
Æ Adanya pos – pos pengeluaran yang telah dicatat perusahaan tetapi belum dicatat bank
Ch: out standing cek (cek yang belum dicairkan)
Æ Ada pos pengeluaran yang dicatat bank tapi belum dicatat oleh perusahaan
Ch: incaso (biaya tetap / biaya administrasi), membeli SB
Æ Perbedaan dapat terjadi karena kesalahan dari satu pihak pada human error.
Contoh :
PT “ABC” pada tanggal 31 desember 2009 dalam pencatatan memiliki kas Rp 14.000.000,-, tetapi menurut bank Rp 15.100.000,00 setelah diperiksa karena :
- Bank berhasil menagih piutang wesel Rp 2.000.000,- dengan bunga wesel Rp 90.000,-.
- Terdapat incaso Rp 100.000,-
- Berdasarkan memo yang dikirim bank kepada perusahaan , perusahaan mendapat jasa giro Rp 50.000,-.
- Perusahaan ABC keliru dalam membukukan setoran dari penjualan barang Rp 3.040.000,- padahal sebenarnya Rp 2.500.000,-
- Dalam laporan bank belum dicatat sebesar Rp 3.000.000,- dan adanya out standing cek Rp 3.800.000,-
- PT ABC terima cek kosong Rp 1.000.000,-
- Bank telah keliru mendebet Rp 2.000.000,-, yang sebenarnya PT BCA, tetapi didebet PT ABC.
PT “ABC”
REKONSILIASI BANK
Periode 31 desember 2009
Saldo menurut catatan perusahaan | Saldo menurut catatan bank | ||
Saldo (penambahan) .piutang 2.090.000,- (pengurangan) .incaso 100.000,- .giro 50.000,- .human E 540.000,- .cek kosong 1.000.000,- | 14.000.000,- 2.090.000,- | Saldo (penambahan) .setoran 3.000.000,- .human E 200.000,- (pengurangan) .out standing 3.800.000,- | 15.100.000,- 3.200.000,- |
16.090.000,- 1.690.000,- | 18.300.000,- 3.800.000,- | ||
14.500.000,- | 14.500.000,- |
INVESTASI
Investasi jangka pendek
Investasi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kas yang menganggur didalam suatu perusahaan.
Dalam PSAK No 9 paragraf 10
“Harga perolehan investasi mencakup perolehan lain disamping biaya beli seperti komisi broker, jasa bank, dll”
broker
makelar saham dari perusahaan itu sendiri.
Investasi sementara
Pemilikan saham , maupun obligasi untuk dijual kembali, apabila perusahaan memerlukan uang dalam jangka kurang dari 1 th, dan maksimal hanya 1 th.
Membeli saha / menerbitka saham “aktiva “
Menjual saham “pasiva”
Contoh :
- membeli saham 10 lembar Pt “B” nominal Rp 100.000,- dengan nilai kurs 105 beban administrasi Rp 45.000,-
- PT “A” menerima deviden sehubungan dengan saham yang dibeli oleh PT “B” senilai Rp 100.000,-
- PT “A” menjual seluruh saham dengan nilai kurs 120 dan beban penjualan Rp 50.000,-
J. umunya
1. Membeli saham 10 lembar.
Investasi jangka pendek Rp 1.095.000,-
Kas Rp 1.095.000,-
Untuk mencatat pembelian 10 lembar saham.
= nilai kurs X harga per lembar saham X lembar saham.
10 lembar X Rp 100.000,- X 105% Rp 1.050.000,-
Beban administrasi Rp 45.000,-
+
Harga peroleh Rp 1.095.000,-
2. Menerima deviden.
Kas Rp 100.000,-
Penghasilan deviden Rp 100.000,-
3. Menjual seluruh saham
Kas Rp 1.150.000,-
Investasi jangka pendek Rp 1.095.000,-
Laba penjualan Rp 55.000,-
10 lembar X Rp 100.000,- X 120% Rp 1.200.000,-
Beban penjualan Rp 50.000,- _
“ Penjualan bersih “ Rp 1.150.000,-
investasi awal Rp 1.095.000,- _
“ Laba “ Rp 55.000,-
OBLIGASI
Contoh :
Æ Tanggal 1/09/09, Pt “A” membeli obligasi 10 lembar Pt “B” dengan nominal Rp 100.000,- tingkat bunga per tahun 6% dan bunga tersebut dibayar 2 X dalam 1 Th, bulan “4” dan “10”, nilai kurs 105, beban administrasi Rp 25.000,-.
Æ Tanggal 1/10/09 mendapat bunga obligasi.
Æ Tanggal 31/12/09 dilakukan penyesuaian atas bunga.
Æ Tanggal 1/02/10 menjual obligasi dengan kurs 120, beban penjualan Rp 50.000,-.
J. umumnya
Tanggal 1 / 09 / 09
“membeli obligasi “
Investasi sementara obligasi Rp 1.075.000,-
Bunga Rp 25.000,-
Kas Rp 1.100.000,-
Rp 100.000,- X 10 lembar X 105% Rp 1.050.000,-
Beban penjualan Rp 25.000,-
+
harga peroleh Rp 1.075.000,-
Bunga 6% X (banyak lembar saham X nominal)
= 6% X (Rp 100.000,- X 10).
= Rp 60.000,-/tahun. Jadi dalam satu bulan hanya
Rp 60.000,-:12 = Rp5.000/bulan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5 bulan
Bulan “4” dan “10” mendapatkan bunga dari obligasi.
Sedangkan dari bulan “4-8” merupakan bunga milik orang karena kita mulai beli bulan “9”, jadi bunga yang di “D” Rp 5.000,- X 5 bln = Rp25.000
Tanggal 1 / 10 / 09
Mendapat bunga pada bulan 10.
Kas Rp 30.000,-
Pendapatan bunga Rp 30.000,-
Mendapat bunga pada bulan 10. Rp 5000,- X 6 = Rp 30.000,-
Tanggal 31 / 12 / 09
Tanggal 1 / 02 / 10
Penjualan obligasi.
Kas Rp 1.150.000,-
Surat berharga obligasi Rp 1.075.000,-
Laba Rp 75.000,-
Kas Rp 20.000,-
Pendapatan bunga Rp 20.000,-
Rp 100.000,- X 10 lembar X 120% Rp 1.200.000,-
Beban penjualan Rp 50.000,- -
Kas yang diterima Rp 1.150.000,-
Investasi awal Rp 1.075.000,-
-
laba Rp 75.000,-
Bunga yang didapat dari bulan 10 – 1, 4 bulan X Rp 5.000,- = Rp 20.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar